KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas limpahan taufiq, hidayah serta rahmatnya . maka dapat menelesaikan bahan ajar yang sangat sederhana ini sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dosen untuk melaksanakan kewajibannya.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan buat baginda tercinta Nabi Muhammad SAW. Yang telah mengantarkan penulis menuju keridaan-Nya yakni Agama Islam.
Dengan selesainya penulis juga menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua rekan-rekan seperjuangan
Akhirnya semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi segenap pembaca dan khususnya bagi civitas akademika IKIP Mataram.
Mataram, 2010
Penulis,
BAB I
HAKEKAT PENDIDIKAN
A. Pengertian Pendidikan
Tentunya sebagian diantara kita ada yang mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan itu, akan tetapi ketika pendidikan diartikan dalam satu batasan tertentu, maka akan terdapat berbagai macam pengertian yang diungkapakan.
Secara sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Kemudian dalam perkembangannya, istialh pendidikan atau pardagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Realnya, ternyata pegnertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli pendidikan.
1. Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
2. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan tundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia
3. J.J. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa
4. Driyarkara
Pendidikan adalah pemanusian manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani
5. Carter V. Good
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. (seni praktik, atau profesi sebagai mengajar):
b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education. ( ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan)
6. Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Unsure-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah:
a. Usaha (kegiatan) usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sarar;
b. Ada pendidik, pembimbingan; atau penolong;
c. Ada yang di didik atau si terdidik;
d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;
e. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
7. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbunya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dari kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
8. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan dating.
9. Menurtu UU No. 20 th 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana utnuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan protensi dirinya utnuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dari beberapa pengertian atau batasa pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namu secara essensial terdapat kesatuan unsure-unsur atau faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsure-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.
Karena itu, dengan memperhatikan batasan-batasan pendidikan tersebut, ada beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadidewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya.
2. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi. Pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang belum dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Tindakan mendidik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar dan sengaja didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan. Tindakan tersebut menyebabkan orang yang belum dewasa menjadi dewasa dengan memiliki nilai-nilai kemanusiaannya dan hidup menurtu nilai-nilai tersebut. Kedewasaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan.
3. Pendidikan merupakan hubungan antarpribadi Pendidik dan anak didik. Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi. Hubungan antara pribadi pendidik dan pribadi si anak didik, yang pada akhirnya melahirkan tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan. Pendidik bertindak demi kepentingan dan keselamatan anak didik, dan anak didik mengakui kewibawaan pendidik dan bergantung padanya.
4. Tindakan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan hal ini tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Perubahan sebagai hasil pendidikan merupakan gejala kedewasaan yang secara terus –menerus mengalami peningkatan sampai penentuan diri atas tanggung jawab sendiri oleh anak didik atau terbentuknya pribadi dewasa susila.
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunayi sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan” yaitu mendidik dan di didik. Dalam konteks ini kita tidak boleh mencampur adukkan antara pengertian pendidikan sebagai tindakan manusia dalam usahanya membimbing manusia yang lain, dengan pengertian ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan. Secara historis, pendidikan jauh lebih tua dari ilmu pendidikan, sebab pendidikan, manusia melakukan tindakan mendidik didasarkan atas pengalaman, intuisi dan kebijaksanaan.
Sebagaimana halnya dengan pengertian pendidikan. Maka pengertian ilmu pendidikan juga terdapat banyak variasi batasan yang diberikan oleh para ahli:
1. Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara
Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik). Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
2. Menurut Prof. M. J. Langeveld
Paedogogi atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses-proses atau situasi pendidikan.
3. Dr. Sutari Imam Bamadib
Ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan
4. Menurut Prof. Brodjonegoro
Ilmu pendidikan atau paedagogi adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti yang luas paedagogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan.
Demikian beberapa batasan tentang pengertian ilmu pendidikan yang diberikan oleh para ahli, yang pada dasarnya sepakat bahwa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Oleh karena itu, sebagai ilmu pengetahuan seperti halnya ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, ilmu pendidikan membahas masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori ataupun yang bersifat praktis.
Sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat praktis (terapan), ilmu pendidikan juga berbicara tentang masalah-masalah yang menyangkut segi pelaksanaan, baik menyangkut teori-teori, pedoman-pedoman maupun prinsip-prinsip tentang pelaksanaan pendidikan. Ia juga tertuju pada cara-cara bertindak (mendidik) bergerak dalam situasi pendidikan tertuju pada pelaksanaan realisasi cita-cita ideal yang telah tersusun dalam ilmu pendidikan teoritis.
Sementara itu sebagai ilmu pendidikan teoritis, maka ilmu pendidikan ditujukan pada penyusunan persoalan dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak dari praktik kepenyusunan teori dan penyusunan system pendidikan.
B. Manusia dan LIngkungan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejalan dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Tuntunan akan lingkungan yang berbeda, menyebabkan individu bertingkah lebih egektif dan efisien, mencari dan menemukan lingkungan baru yang lebih baik.
Mengapa mereka berbuat demikian? Jawaban yang mengembirakan adalah karena manusia berkembang dan ingin berkembang. Selagi mata rantai tidak terputus dan keinginan selalu dating maka manusia akan selalu bereaksi dengan lingkungannya, sesuai dengan variasi perbadaan. Hal itu terjadi karena manusia sebagai anggota masyarakat bebeda kemampuannya dalam memahami dan menguasai lingkungannya.
Disamping itu bentuk lingkungan yang ada sangat menentukan pula pola tindakan yang harus dipilih dan dilaksanakan. Tidak mungkin dalam suatu masyarakat yang jauh dari kota, dilaksanakan pola hidup di kota seandainya situasi dan kondisi lingkungan belum memungkinkan. Individu dengan pendidikan yang terbatas, seperti tidak tamat sekolah dasar atau tidak pernah sekolah, akan mempunyai horizon yang sangat terbatas dalam menguasai lingkungannya.
Mereka kurang mampu berpikir kritis, tidah jauh tujuan ke depan, kurang mampu merencanakan kehidupan yang layak, daya abstraksi yang terbatas seta sikap mental yang terikat oleh sifat keserhanaan. Seorang sarjana belgia Guillame De Creef berpendapat bahwa: perkembangan social itu dapat dianggap sebagai perjalanan berangsur-angsur kearah kebebasan, balk dipangan politik, mampu dilapangan ekonomi, keadaan terikat pada manusia dalam bentuk-bentuk pergaulan hidup yang dahulu, dengan berangsur-angsur mengalah kepada perkembangan individualitas yang lebih bebas (Dr. A. Lysen. 64)
Pergaulan hidup atau warna kehidupan dari tiap-tiap anggota masyarakat bukanlah selamanya merupakan suatu tindakan yang statis dan permanen. Perbuatan tersebut akan bervariasi sesuai dengan latar belakang, kemampuan dan keinginan individu itu sendiri serta tuntutan jaman dan teknologi. Pada zaman purbakala atau zaman batu, selagi manusia masih sangat ditentukan oleh lingkunan, sedangkan kapasitas belum mengambil peranan yang menentukan, maka sebagian besar anggota masyarakat menyerah dan menyesuaikan diri dengan. Alam atau lingkungannya.
Mereka hidup dengan jalan berburu dan menangkap ikan atau berpindah pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Semuanya itu dapat dilakukan karena lingkunga nmasih memungkinkan dan jumlah penduduk masih terbatas. Namun setelah lingkungan semakin sempit untuk digarap dan tuntutan hidup kian bertambah komplek dan bervariasi maka cara tersebut lambat laun ditinggalkan. Keluarga dan semua anggota masyarakat tidak lagi mencukupkan apa yang sudah ada tetapi menggali lebih banyak sesuai dengan tuntutan yang terus bertambah dan berubah. Untuk itu mereka tidak lagi menyerah pada alam/ lingkungan, melainkan melawan dan menantang serta berusaha menguasai lingkungan.
Perpindahan dari satu lingkungan kehidupan social tertentu kepada kehidupan social yang Lain, membutuhkan suatu kemampuan dan keinginan, sebagai alat yang dapat dijadikan sebagai mata rantai pemutus keterbelakangan. Pendidikan dalam lingkungan keluarga dibenahi pendidikan formal ditingkatkan dan pendidikan nonformal dikembangkan. Tiga jalur pendidikan tersebut akan mampu mengembangkan segala potensi yang ada dalam masyarakat sesuai dengan keberadaannya masing-masing.
Melalui pendidikan kita meningkatkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikapa individu-individu. Manusia terdidik adalah memegang nilai –nilai dan norma kehidupan. Mereka mampu mengkaji keterbelakangan, menggali ilmu pengetahuan dan menciptakan situasi lingkungan yang menarik (favorable), menantang (challenging), dan menyenangkan (comfortable). Pendidikan merupakan fasilitator dan dinamisator kehidupan tiap-tiap pribadi, baik sebagai makhluk individual, social, maupun etis dalam keluarga sekoalh ataupun masyarakat (dalam, Mugni SN).
C. Fungsi Pendidikan Dalam Masyarakat
Perkembangan ekonomi, social dan budaya antara sekelompok manusia di dalam daerah, di kota maupun di desa bervariasi menurut latar belakang penduduknya dan sumber alam yang mendukungnya. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, peningkatan sarana penunjang yang belum mencukupi sikap mental penduduk dalam menghadapi kehidupan yang bervariasi merupakan fenomena masyarakat.
Mereka bersama-sama dilahirkan, mempunayi jalan hidup yang berlainan. Sekelompok anggota masyarakat yang hdiup mewah, tetapi pada bagian lain ada yang hidupnya dibawah garis kemiskinan. Banyak penduduk yang mampu bekerja keras. Tapi banyak pula yang hidup seadanya. Bervariasi gerak dan warna kehidupan anggota masyarakatadalah seirama dengan kemajuan teknologi dan tuntutan masyarakat.
Karena dinamika dalam kehidupan menuntut partisipasi dari anggota masyarakatnya. Untuk dapat emningkatkan kemajuan dan perbaikan daalm suatu masyarakat, diperlukan teknologi. Untuk dapat memahami dan menggunakan teknologi dibutuhkan pendidikan baik formal, nonformal maupun informal.
1. Pendidikan dan Pemenuhan Kebutuhan Kehidupan
Betulkah manusia terdidik lebih baik hidupnya? Ataukah sebaliknya? Dari zaman purbakala sampai zaman atom sekarang ini! Makin lama makin dirasakan betapa kehidupan ini bertambah sulit dan kompleks serta selalu terjadi perubahan dalam masyarakat. Pada waktu daerah pertanian masih luas, binatang buruan masih banyak dan penduduk masih jarang kehidupan penduduk belum begitu sulit. Peranan pendidikan jelas ada, tetapi belum sesukar sekarang ini.
Tingkatan bimbingan dan bantuan sesuai dengan pola dn irama perkembangan tiap-tiap individu dan tuntutan masyarakat, baik oleh orang tua maupun dari orang lain. Makin lama kehidupan makin meningkat sulit, tantangan kehidupan smakin banyak, taraf kesukaran dan keanekaragaman kehidupan bertambah jelas.
Tuntutan kehidupan bertambah nyata dan komplek. Pemahaman akan aspek kehidupan seperti: sector pertanian, peternakan, pertambangan, serta sector social budaya lainnya merupakan suatu kehendak dan tuntutan massa. Dari semua aspek kehidupanm, pendidikan adalah salah satu di antara yang tidak bias diabaikan. Anak lahir, tumbuh dan berkembang samapai mampu berdiri sendiri membutuhkan pendidikan. Tidak ada individu normal dijagat raya ini yang mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Ada yang cerdas tapi ada pula yang bodoh. Semua itu ditentukan oleh poly dan hokum perkembangan-nya.
John Locke (1632 – 1704)., seorang tokoh filsafat pendidikan Inggris berpendapat bahwa perkembangan anak sangat ditentukan oleh pendidikannya. Pendapat tersebut terkenal dengan Teori Tabularasa. Anak itu sejak lahir dapat di umpamakan sebagai kertas putih. Berilah warna kepada anak itu sesuai dengan kehendak si pendidik, maka anak itu akan menjadi yang dikehedakinya. Salah pembentukan anak, adalah karena salahnya si pendidik.
Bertentangan dengan pendapat tersebut. Seorang tokoh penduduk yaitu, Schopenhour (Jerman, 1789-1860), menentukan bahwa dalam pembentukan diri individu, bakat adalah yang sangat menentukan. Warna dan corak kehidupan seseorang adalah merupakan perwujudan daripada bakat yang dibawanya dari sejak lahir. Seseorang yang tidak berbakat music, tetapi seorang pemalas tapi memiliki bakat tertentu ada harapan akan berkembang baik dalam bidang itu.
Baik John Locke maupun Schopenhour adalah merupakan tokoh ekstrim yang berlawanan. Johan Locke dengan aliran Empirisme dan Schopheur adalah aliran Nativisme adalah dua kutub yang berlawanan dan mempunyai titik lemah. Tidak mungkin bibit yang baik akan tumbuh baik di tanah yang gersang atau pada tanah yang subur, tidak mungkin memberikan hasil yang banyak kalau bibit yang ditanam bukan bibit yang unggul.
Betitik tolak dari dua kelemahan kedua teori tersebut maka timbullah ide baru yang membuat perpaduan dari kedua teori itu, yaitu teori konvergensi, yang dikemukakan oleh William Stern Jerman 1871-1938. Perpaduan antara bakat yang dibawa dari kelahiran serta pendidikan yang tepat merupakan cara yang paling tepat dalam proses pembentukan individu di dalam masyarakat. Sejak anak lahir itu telah mempunya sifat-sifat keturunan, tetapi dia tidak berdaya dan tidak mampu baik secara fisik maupun mental. Segala bakat yang diwarisi, semua kemampuan mental yang ada baru merupakan benih yang perlu dikembangkan.
Semua anggota jasmani membutuhkan bimbingan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan iramanya masing-masin, sampai suatu saat mereka belum mampu menghadapi kehidupan, mereka menyerah pada lingkungannya. Tetapi dengan bantuan orang tuanya, secara sadar, terarah dan sistematis, incidental dan kebetulan mereka dibimbing dengan baik. Pada masa kanak-kanak dan masa bayi, mereka lebih banyak mendapat bantuan dari keluarga dan orang tuanya yang ditujukan untuk:
1. Perkembangan jasmani;
2. Perkembangan intelektual;
3. Perkembangan emosional;
4. Perkembangan sosial;
5. Perkembangan bahasa.
Sedangkan pada masa sekolah, bantuan terhadap anak-anak mibatkan guru yang ditugaskan oleh pemerintah. Baik dilihat dari sudut anak, orang tua, guru maupun pemerintah, proses bantuan tersebut adalah merupakan suatu keharusan yang mutlak. Dalam proses bantuan itu, apakah yang diberikan kepada mereka? Kadar bantuan dan jenis bantuan sangat ditentukan oleh kemampuan, tujuan dan tuntutan lingkungan.
Dalam hal ini adalah kehidupan yang akan dihadapinya sekarang dan yang akan datang. Pada prinsipnya akan mencakup; pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), nilai (values), dan sikap (Attitudes), sehingga nanti mereka mampu berdiri sendiri dalam menghadapi kehidupan.
Pendidikan yang relevan akan dapat membantu dalam membentuk polah kehidupan yang lebih baik, sedangkan taraf kehidupan akan tercermin oleh bermacam-macam aspek seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan serta pendidikan. Makin baik pendidikan, makin mampu menghadapi kehidupandalam masyarakat karena dapat kebutuhan konsumsi diri sendiri secara nyata, baik kuantitatif maupun kualitatif. Sehingga mampu memperbesar produksi masyarakat secara menyeluruh.
2. Pendidikan Masyarakat Statis
Masyarakat statis adalah merupakan perlambangan dari masyarakat yang tidak bervariasi. Kehiduapan seperti ini sudah banyak kita jumpai pada Negara yang masih terbelakang/primitive. Suatu hal yang perlu dipahami sebelum kita melanjutkan dengan pendidikan dalam masyarakat yang statis ini ialah pengetian statis seperti yang telah diutarakan bukanlah berarti tidak ada gerakan sama sekali “ada”, tetapi sangat sedikit dibandingkan dengan kemajuan pada masyarakat lain. Proses perubahan yang terjadi itu hanya dapat dilihat oleh dan dengan kaca mata seorang ahli antropologi, sedangkan orang awam seakan-akan tidak melihat perubahan apa-apa.
Pada bangsa Eskomo, kehidupan tersebut telah mulai berubah. Hal itu ditandai dengan berubahnya menu makanan mereka. Selagi mereka masih termasuk kategori serba sama, kebudayaan barat belum banyak menyelinap masuk kedalam kehidupan masyarakatnya. Tetapi kemudian, mereka telah memakan makanan kaleng yang diawetkan. Sehingga pola makanan mereka telah berubah.
Demikian juga suku Indian Daz Maori, telah banyak juga yang nonton di bioskop. Demikian juga suku Dayak dan suku Kubu di Indonesia. Namun demikian sebagian dari mereka masih ada yang terputus bubungannya dengan kota (hubungan yang sebagian dinamis dan berubah), cara hidup mereka masih bersifat statis. Walaupun demikian masih ada kelompok manusia, yang bukan merupakan kelompok besar (ras/suku) yang hidup dengan pola statis. Penduduk kepualauan Gilbert yang terletak di kepulauan samudra fasifik, terpisah dari benua lain. Masyarakat di sana masih hidup dengan kesederhanaannya. Mereka pada umumnya hidup dipinggir taut. Pola perkampungan diatur sedemikian rupa, sehingga apabila mata pencaharian telah mulai berkurang mereka pindah pada pantai lain yang lebih banyak ikannya.
Semual mereka hidup dari menangkap ikan. Justru karena itu mereka memiliki perlengkapan yang sama yaitu slat penangkap ikan dan perahu. Semua anggota masyarakat memiliki kedudukan yang sama. Tidak ada yang diperintah dan tidak ada pula yang berkuasa. Yang dianggap mereka sebagai pemimpin ialah seorang yang telah tua dengan kemampuan dan kebijaksanaannya dapat dianggap sebagai pemimpin oleh masyarakat lainnya.
Pada sebagian suku Anak dalam kubu mereka hidup mengembara. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Mereka hidup dengan jalan berburu. Senjata yang umum emreka pergunakan adaalh tombak dan panah.
Pendidikan dalam masyarakat serba sama ini, masih terfokus pada orang tua dengan bentuk peniruan dan kerja praktek. Untuk siapa atau kepada siapa pendidikan itu diberikan sangat ditentukan oleh struktur masyarakatnya. Berburu umpamanya, bias untuk laki-laki dan perempuan. Sedangkan berppidato mungkin hanya untuk laki-laki saja.
Hal itu terjadi karena merekalah yang dibutuhkan dalam acara-acara keagamaan. Untuk jadi nelayan, juga diutamakan penduduk laki-laki, sedangkan wanita tinggal di rumah. Dengan demikian pendidikan yang diberikan kepada anak laki-laki seperti berlatih penggunaan sampan di antara pulau karang atau bagaimana ikut serta berburu secara baik dan tepat di hutan. Pendidikan yang paling tepat adalah melalui jalur orang tua yang disesuaikan dengan struktur dan susunan masyarakat. Sedangkan jenis pendidikan bermacam-macam pula, tergantung dengan tujuan untuk apa diharapkan. Sebagai contoh ialah pada suku Indian.
Untuk mengajar keberanian dan mampu menahan rasa sakit dengan tabah, maka disuruh berbaring di atas api. Dalam masyarakat yang statis ini kehidupan kegotongroyongan sangat menonjol, pancurian adalah sesuatu yang tabu. Hal tersebut dapat terlihat pada upacara pembuatan rumah atau upacara keagamaan lainnya. Tentang norma-norma tersebut, pada umumnya tidak tertulis, tetapi ialah merupakan kebiasaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang diutamakan adalah keluarga muda, terutama anak laki-laki yang akan menyandang tugas dan kewajiban yang jauh lebih kompleks dari anak wanita.
Hal yang hamper bersamaan dengan keadaan di kepulauan Gillbert itu, juga terdapat pada bangsa Indian yang mendiami lembah kering Amerika Utara. Yaitu Indian Peuble. Demikian juga suku Apache, dari utara dan Zuni dan Hepi dari suku Peuple lainnya, dari Meksiko. Suku primitive lain yang masih bersifat statis ialah penduduk pulau Trobin, yang terletak sebelah selatan pulau Irian. Anehnya subur, dataran mudah mencari nafkah serta makmur. Mereka hidup terpencar-pencar di sepanjang pantai. Hidup dengan bertani dan menangkap ikan. Bagi mereka segala bentuk pendidikan tiada lain dari pada persiapan untuk hidup di lingkungannya. Pendidikan untuk pemuda lebih menonjol dari pada wanita. Hal itu juga disebabkan beban dan tanggung jawab yang akan dipikulnya di masa yang akan datang. Berhubungan karena kehidupan yang kurang begitu kompleks seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, maka tanggung jawab pendidikan bagi anak-anak hanya dipikil oleh orang tua yaitu: ibu, ayah dan keluarga dekatnya. Mereka belu membutuhkan sekolah formal dengan aneka ragam jenjang dan jenis pendidikan atau keterampilan.
3. Pendidikan Masyarakat Dinamis
Masyarakat dinamis adalah merupakan buktu ketidakpuasan manusia dengan lingkungannya. Fenomena tersebut diwujudkan dalam suatu tindakan, ingin bertindak kearah yang lebih baik dan mapan. Dinamika dalam masyarakat timbul dan ada karena individu sebagai anggota masyarakat tidak puas dengan apa yang ada. Mereka selalu ingin bergerak maju dan menguasai alam dengan teknologi mutakhir, mereka ingin bertindak lebih efisien dan efektif, tepat guna dan berhasil guna. Gerak tersebut ditandai oleh perubahan yang terdapat dalam masyarakat tersebut, meliputi:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, senjata, alat produksi, transport dan sebagainya).
2. Mata pencaharian dan system perekonomian (pertanian, peternakan, system produksi, system distribusi dan sebagainya)
3. System kemasyarakatan (system kekerabatan, organisasi, politik, system hokum dan sebagainya)
4. Pendidikan anggota masyarakat
5. Pandangan masyarakat terhadap kesehatan
6. Cara berkonsultasi
Masyarakat dinamis mula-mula terdapat pada kelompok masyarakat yang telah menetap dan mempunyai hak milik dan cara penghidupan tertentu. Seperti pada kelompok manusia yang hidup dengan pertanian dan peternakan. Walaupun taraf dinamika anggota masyarakat masih sangat terbatas, tetapi karena telah banyak kontak dengan dunia luar, horizon mereka menjadi lebih luas, cara berpikir telah terbuka, kebutuhan hidup mulai meningkat.
Berbeda dengan masyarakat statis, maka pada masyarakat yang dinamis, pendidikan merupakan alat utama dan menentukan demi perkembangan masa depan bangsa. Masyarakat dinamis adalah masyarakat maju / berkembang / sedang berkembang. Sebaliknya masyarakat statis adalah masyarakat yang tidak berkembang sehingga pola tuntutan masyarakat dulu dan sekarang sama saja. Pada masyarakat dinamis dan maju pla berpikir masyarakat selalu terarah pada nilai produktif dan bukan kosumtif, sedangkan pada masyarakat dinamis dansedang berkembang, pola berpikir masih konsumtif dan sedang mengarah kepada produktif. Pola berpikir konsumtif masih banyak ditemui di Negara benua latin, Asia dan Afrika, termasuk didalamnya Indonesia.
Pendidikan yang diberikan kepada anak-anak merupakan instrimen untuk dapat mengembangkan tiap anggota masyarakat kemampuan dan keberadaannya masing-masing. Pengajaran dengan berorientasi kepada perbedaan individual merupakan salah atau cirri yang perlu diperhatikan. Di samping itu tujuan dan keadaan lingkungan perlu dipedomani. Di Negara-negara, di mana masyarakat dinamis, orang tidak akan bersekolah kalau nilai yang ditanamkan tidak seimbang dan lebih besar dari hasil yang mungkin diterimanya. Orang sudah tau betul apa yang menjadi tujuannya dengan pendidikan yang akan diterimanya atau dapat pula dikatakan bahwa orang tau betul apa fungsi pendidikan dalam meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat dan dalam rangka membangun bangsanya. Dengan demikian pendidikan adalah pondasi dari segala-galanya. Sebagai contoh nyata ialah Negara jepang sesudah perang dunia II negaranya hancur, ekonominya berantakan, angkatanperang boleh dikatakan tidak ada, namun idialisme tetap hidup.
Mereka segera mengirim putranya untuk segera belajar. Bidang yang mereka pilih adalah sdiatur sedemikian rupa, sehingga ketika kembali sudah bias membangun Negara mereka. Hal itu ternyata benar. Sekarang Negara tersebut sudah bisa menyaingi USA. Demikian juga jerman sesudah Perang Dunia II. Dapat dikatakan bahwa pendidikan pada masyarakat dinamis, bukanlah terikat pada sekolah saja, tetapi juga diluar, untuk orang tua, pemuda dan anggota masyarakat lainnya fungsi pendidikan ialah membimbing individu agar dapat mengembangkandiri sendiri dan mampu hidup lebih baik di kalanganmasyarakat, sesuai dengan keadaan dan lingkungannya masing-masing. John Dewey berpendapat:
“education is life, not preparation for life… the aim of education shoul be to teach the child to tink, not what to thnk… The idea of education as preparation and adulthood as a fixid timid of growth are two sides of the same abnoxious untruth. Adapaun Jean Piaget Berpendapat Bahwa: “The principal goal of education is a create men ho are capable of doing new tings, not simply of repeating what other generation havw done who are creative, inventive, and the coveres.”
Pendidikan adalah kehidupan, karena itu perlu diciptakan individu yang Kreative dan mampu menantang kehidupan. Untuk tiap jenis pendidikan harus relevan dengan kehidupan dan anak merupakan subjek kehidupan. “Student Active Learning” (cara belajar siswa aktif) dan program pengajaran berlandaskan kompetensi merupakan pendekatan yang perlu dikembangkan dalam masyarakat dinamis,
4. Pendidikan dan Perubahan Sosial
Masyarakat bukanlah suatu yang bersifat statis, melainkan terus berubah, berkembang seirama dengan perjuangan manusia. Dinamika dalam kelompok membawa reaksi ke arah perubahan dalam masyarakat. Salah satu motor penggerak adalah manusia yang merupakan bagian integral dari masyarakat tersebut. Mengapa dalam masyarakat serba sama (primitive), proses social berjalan dengan lamban, sedangkan dalam masyarakat yang maju, berubah dengan cepat? Semuanya itu diawali oleh hasrat biologis dan sifat naluriah yang dibawa dari kelahiran oleh tiap anggota masyarakat dalam daerah itu. Tetapi faktor lain yang tidak kurang pentingnya ialah situasi sekitarnya, serta individu lain yang mempengaruhi proses sosial itu.
Di daerah tropis umpamanya, tanah subur dan luas, penduduk sedikit. Sebagian besar penduduk di daerah itu sebagian besar lebih suka bermalas-malas dan santi, sehingga perjuangan hidup lebih baik serta menggunakan pendekatan yang lebih dekat untuk meningkatkan penghasilan, bukankah suatu tantangan yang perlu mendapatkan prioritas dalam kehidupan mereka. Tetapi di Negara yang maju kelangkaan akan sesuatu sumber alam, menyebabkan mereka terus berjuang dan mencari yang baru. Disatu pihak kita dapat melihat sikap adalah merupakan suatu hal yang sangat perlu mendapat perhatian, sedangkan pada pihak lain lingkungan juga sangat menentukan.
Levy Bruhl berpendapat bahwa masyarakat primitive mempunyai mentalitas primitive yang lebih kuat dari pada bangsa yang telah maju sihingga semakin suakr unuk dikembangkan. Ini berarti adalah sangat sukar untuk dapat mengubah secara cepat dari tata kehidupan dan polah kehidupan serta norma-norma yang telah berurat berakar pada masyarakat mereka. Tata kehiduapn itu dibentuk dan terbentuk melalui bermaca-macam media dan pengalaman tiap anggota masyarakat dalam berkkomunikasi dengan lingkungannya. Hal itu dapat dilihat pada bangsa Eskimo, Negrito bangsa Maori. Sedangkan di Indonesia masih kita dapati pada bangsa suku terasing, seperti Suku Kubu, Dayak, atau penduduk asli Irian Jaya yang masih pedalaman.
Dalam dinamika kelompk tiap-tiap masyarakat atau dalam tiap gerak masyarakat, kelompok atau community, dari satu fase tertentu ke fase yang lain yang lebih maju, ditentukan oleh bermacam faktor, baik dari luar maupun dari dalam sendiri.
Perubahan dari luar, adalah datang dari masyarakat sekitarnya seperti pengambilan wilayah, perkembangan teknologi, pengaruh dari dunia luar. Sedangkan perubahan dari dalam ialah: kemauan dan tuntutan masyarakat itu sendiri yang ingin merombak struktur masyarakatnya sebagai akibat terbukanya horizon dari pada setiap anggota masyarakatnya. Pada masyarakat maju, tata kehidupan dalam masyarakatnya sangat dipengaruhi oleh falsafah Negara atau pandangan hidup bangsa.
Tiap bangsa walaupun telah maju tetap memiliki pola tersendiri, sesuai dengan harkat dan martabat negaranya. Perubahan dari fase tertentu tetap ada selagi dinamika masyarakat itu ada. Yang berbeda adalah bentuk perubahannya. (cepat atau lambat) dan cara perubahannya (pattern). Amerika dengan dekorasi parlementernya, atau lebih dikenal dengan Negara kapitalisme dan liberalism berpijak pada dasar: kebebasan dan persaingan. Perjuangan kehidupan makin lama makin terasa dan perkembangan teknologi memaksa masyarakat untuk terus berjuang. Tuntutan masyarakat terus meningkat, bertambah dan kompleks.
Penduduk makin hari makin bertambah secara cepat. Teknologi harus mampu ditingkatkan pula. Di Negara komunis, semua usaha, policy, telah ditentukan diatas, rakyat hanya tinggal melaksanakan. Namun bukanlah berarti semua rakyat hidup senang. Mereka hanya sebagai pelaksana dan tidak ikut menentukan apa yang dilaksanakan.
Masyarakat maju seperti di atas bukanlah datang dan terjadi begitu saja, tetapi mengalami proses yang panjang, sebagai akibat perubahan atas social kehidupan masyarakat. Menurut Jl. Gillin dan Jp. Gillin, perubahan social adalah perubahan dari pada bentuk kehidupan yang telah ada, yang terjadi karena perubahan kondisi geografis, alat-alat atau perlengkapan hidup manusia, komposisi penduduk atau idiologi, perubahan masa mungkin terjadi karena kekuatan di luar pengawasan manusia, karena proses difusi atau inpensi sesuatu masyarakat (1954).
Sedangkan E.S. Bogardus berpendapat bahwa perubahan social itu secara histories unipersal dan secara social merupakan keharusan (1954). Ogburn, Dorothy, S. Thomas, Hektar Mithel berpendapat bahwa faktor teknologilah yang menentukan perubahan social (Jl Gillin. 1954). Sikap akan berubah kea rah yang baik apabila manusia itu mengenal dan memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Lingkungan dapat dikendalikan kalau manusia di dalam dapat mengaturnya.
Dengan demikian dapat mengembalikan persoalan pada kemampuan manusia dalam mengenal dirinya, perkembangan/ pembangunan di sekitarnya serta medernisasi modern menggantungkan dirinya dalam kemampuan diri sendiri (self realince) dan punya hasrat berprestasi (net Fo Chievement), sesuai dengan Mc. Chelan Ogburn dan Nimkoff yang mengemukakan bahwa suatu perubahan barulah berarti kalau aspeknya terhadap perubahan social. Penekanan epek dalam hal ini cenderung kea rah positif, yaitu perubahan yang mengarah kepada perbaikan kehiduapn social. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat adanya “Power” dalam masyarakat, dan di samping itu manusia modern, secara bertahap akan terjadi perubahan kea rah yang lebih positif dalam masyarakat sebagai akibat tergesernya strata kehidupan dan tata kehidupan sebagai akibat perubahan dalam kemanapun, keterampilan dan lain-lain dalam masyarakat.
5. Pendidikan dan Perkembangan
Tiap individu berkembang dan tumbuh sesuai dengan irama perkembangan yang lainya. Terjadinya perbedaan dalam irama dan tempo perkembangan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan keturunan (heredity) dan lingkungan (pendidikan) yang tergambar dalam kesiapan mental (mental set) tiap-tiap anak dalam berorientasi dengan lingkungannya. Pribadi yang dilahirkan setelah lebih kurang 9 bulan 10 hari dalam kandungan selalu menuntut penyempurnaan dirinya dari keadaan sebelumnya.
Melalui ibu yang mengandung bayi dalam kandungan mengalami proses pematangan diri baik secara fisik maupun mendtal dan emosional. Hubungan batin antara ibu dan anak / bayi dalam kandungan terjalin sangat erat sekali. Kegoncangan emosional atau keterbatasan makanan secara kuanlitas, akan mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan. Pertumbuhan fisik akan terhalang, melalui jalur ibu anak dalam kandungan memnuhi tuntutan kejiwaannya setahap demi setahap sehingga menjadi lebih sempurna. Kelahiran pada hakiktnya adalah perubahan ketergantungan dan lingkungan menjadi atau akan menangis pada permulaan tampil kedunia. Adalah suatu bentuk aktifitas dalam penyesuaian diri dalam lingkungannya dan sekaligus menuntut pemenuhan akan kegiatan itu. Menangis, merangkak, berjalan, berkata-kata ebrlari adalah manifestasi dari aspirasi kejiwaan tiap-tiap individual.
Tahapan-tahapan kehidupan dalam lingkungan makin lama makin kompleks. Tuntutan-tuntutan makin bersaing. Perjuangan untuk hidup dan melanjutkan kehidupan makin sukar. Tiap-tiap individu ingin berbuat dan berprestasi lebih baik, makin menonjol. Tekanan kejiwaan itu menuntun sebagai aspirasi dari dalam untuk mendapatkan pendidikan lebih baik. Pada waktu kelahiran tiap-tiap individu memiliki kemampuan siap yang terbatas, tetapi memiliki potensi yang lebih banyak sesuai dengan pembawaan warisan masing-masing. Di samping itu masa muda yang panjang sesuai dengan situasi dan masyarakat sekitarnya menuntut pula pembinaan yang lebih terarah dalam mengembangkannya.
Tidak dapat pula diabaikan bahwa manusia itu mempunyai kebebasan dan tanggung jawab atas perbuatannya. Sedangkan perbuatan manusia itu berbeda-beda pula dalam lingkungan yang terus berubah dan berkembang. Justru karena itu pendidikan dalam pembinaan pribadi atau pendidikan sebagai perwujudan diri pribadi tiap insane adalah sangan pendting. Prof. Dr. G. Revesz mengatakan Manusia harus berusaha memenuhi sekalian keperluannya sebaik-baiknya, membentuk sesempurnanya cara-cara hidup dan susunan hidup dan menurut usaha ini sekalian pengalaman dalam alam batin dan alam benda diwariskannya kepada kemanusiaannya. Usaha tersebut berlaku terus menerus, pada sembarang tingkat peradaban dan menuju seluruh arah.
BAB II
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Bisa dikatakan bahwa setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal pendidikan nasional yang didasarkan pada filsafat dan cita-cita nasional.
Pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu Negara berdasarkan sosio cultural, psikologis, ekonomis, dan politis. Pendidikan tersebut ditujukan membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang ebrsangkutan yang sering juga disebut dengankepribadian nasional.
Pada umumnya pendidikan nasional ditujukan dimana yang tersimpul dan dilukiskan oleh wilds. “Nasionalism in education aims, in its ultimate analysis, as the preservation and glorification of the state. The state is usually conceived of asa a society organized for the primary purpose of protecting those who make up this society from the danger of external attack and internal disintegration”.
Nasionalisme dalam pendidikan bertujuan, terutama memelihara dan mamuliakan Negara. Negara biasanya diartikan sebagai suatu masyarakat yang disusun demi tujuan utamanya melindungi warga Negara dari bahaya serangan dari luar dan disintegrasi yang terjadi di dalam Negara itu.
Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan teknologi, dan dalam bidang-bidang kehidupan budaya lainnya. Melalui proses pendidikan pula, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan.
Proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa. Memajukan kehidupan bangsa daam berbagai bidang kehidupan serta mencapai tujuan nasional bangsa yang bersangkutan itulah yang disebut dengan system pendidikan nasional.
Biasanya pendidikan nasional tumbuh dan berkembang dari sejarah bangsa yang bersangkutan. Dipengaruhi oleh berbagai faktor dan sumber daya serta potensi-potensi yang ada dikalangan bangsa itu disamping faktor-faktor luar.
Pendidikan sebagaimana juga ilmu pengetahuan itu sendiri selalu berubah dan berkembang secara progresif. Sejauh mana pendidikan nasional sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, itulah sebenarnya perkembangan suatu bangsa.
A. System Pendidikan
Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan system adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap system pasti mempunyai tujuan dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya diarahkan dari tercapainya tujuan tersebut. Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah system yang disebut sebagai system pendidikan. Secara teoretis, suatu system pendidikan terdiri dari komponen atau bagian-bagian yang menjadi bagian dari proses pendidikan. Adapun komponen atau faktor tersebut terdiri dair:
1. Tujuan
Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan.
2. Peserta Didik
Fungsinya adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan, sebagai objek, peserta didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik lebih dekat dikatakan sebagai subjek atau pelaksanaan pendidikan.
3. Pendidik
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
4. Alat Pendidikan
Maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ebrfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
5. Lingkungan
Maksudnya lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan, lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses pendidikan. Faktor-faktor atau komponen system pendidikan itu berkaitan erta satu dan lainnya, dan merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan.
B. System Pendidikan Nasional
Maksud system pendidikan nasional di sini adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan aktivitas pendidikan yang ebrkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan terciptanya tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, system pendidikan nasional tersebut merupakan suatu suprasistem, yaitu suatu system yang besar dan kompleks, yang didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan system-sistem. Satuan dan kegiatan pendidikan yang ada juga merupakan system pendidikan yang tersendiri, dan system pendidikan tersebut tergabung secara terpadu dalam system pendidikan nasional yang secara bersama-sama berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan system pendidikan nasional berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya. Meskipun satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan inti, namun tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional.
Dalam system pendidikan nasional, peserta didiknya semua warga Negara. Artinya, semua satuan pendidikan yang ada harus memberikan kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga Negara yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan kekhususan tanpa membedakan status social ekonomi, agama, suku bangsa, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan UUD
Pasal 31 ayat (1) berbunyi:
“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran”.
Di dalam UU No. 20 Th 2003 Pasal 5 disebutkan ayat (1) setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; dan ayat (5) warga Negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Dengan ketentuan dan sampai batas umur tertentu, setiap system pendidikan nasional biasanya ada kewajiban belajar. Hal ini berarti bahwa secara formal harus memenuhi persyaratan.
Seorang guru professional harus memnuhi kualifikasi pada umumnya meliputi dua aspek utama, yaitu penguasaan pengetahuan atau ilmu yang akan diajarkan, dan pengetahuan serta keterampilan mengajarkannya. Jangka waktu pendidikan professional keguruan ini sangat bervariasi. Dulu misalnya untuk guru SD / MI ada SPG, PGA, KPG, dan yang sejenisnya, yang lama pendidikannya 3 tahun setelah SLTp, namun sekarang harus setingkat perguruan tinggi (minimal berpendidikan Diploma 2 atau Diploma 3/ PGSD bahkan dibeberapa daerah mengharuskan untuk S1). Oleh karena itu, dengan alasan untuk peningkatan kualitas sekarang bagi guru yang Cuma berpendidikan setingkat SLTA diwajibkan untuk mengikuti perkuliahan Tutorial program penyetaraan Diploma Dua yang diselenggarakan baik olhe Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen Agama.
Berkenaan dengan pendidikan guru ini, dikenal dua istilah, yaitu Teacher training (latihan guru) seperti KPG dan PGSD, dan Educational For Teachers (pendidikan guru).
Latihan guru, persiapan untuk suatu kejuruan (persiapan untuk menjadi guru), sedangkan pendidikan guru berarti persiapan menuju keahlian atau sebagai guru professional. Untuk Indonesia kita mengenal adanya FKIP, IKIP, Fakultas Tarbiyah, STKIP, STIT dan sebagainya yang merupakan perguruan tinggi yang khusus mempersiapkan tenaga ahli kependidikan dan keguruan.
Baik di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 maupun UU Nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional, kedudukan guru dan tenaga kependidikan diatur sedemikian rupa. Menurut UU Nomor 2 / 89:
1. Pasal 27
1. Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
2. Tenaga kependidikan, meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembangan di bidang pendidikan, pustakawan, laborary dan teknisi sumber belajar.
3. Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan mengengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen.
2. Pasal 28
1. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan pada suatu jenis dan jenjang pendidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar.
2. Untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, tenaga pendidik yang bersangkutan harus beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Berwawasan Pancasila dan UUD 1945 serta memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar.
3. Pengadaan guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pada dasarnya diselenggarakan melalui lembaga pendidikan tenaga keguruan.
Sedangkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang tenaga kependidikan ini disebutkan pada pasal 39:
1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan:
2. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memiliki hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Di dalam system pendidikan nasional suatu bangsa, seluruh wilayah, budaya dan masyarakat, bangsa dan Negara merupakan lingkungan dari system pendidikan nasional yang bersangkutan. Pengertian tentang lingkungan pendidikan sangat luas, meliputi lingkungan fisik, lingkungan kebudayaan dan lingkungan social (manusia). Lingkungan fisik berupa alam atau benda fisik, seperti rumah, pakaian, tanah datar, pegunungan, sawah dan lain-lain. Lingkungan kebudayaan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, baik yang berupa kebendaan maupun yang spiritual, misalnya masjid, gereja, sekolah, pengetahuan, nilai-nilai dan sebagainya. Sementara lingkungan social (manusia) adalah bermacam-macam pergaulan, baik dalam keluarga, lembaga, organisasi, masyarakat luas.
Antara lingkungan kebudayaan dengan lingkungan manusia mempunyai keterkaitan yang sangat erat dimana kebudayaan itu diciptakan oleh manusia. Dengan terciptanya kebudayaan manusia daapt mengangkat dirinya ke martabat yang lebih tinggi, baik dalam arti material maupun spiritual. Manusia punya cara tertentu menjadikan kehidupan selalu lebih baik, mengembangkan norma dan nilai yang mereka hormati dan pelihara bersama sehingga terciptalah suasana ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan.
Adanya arus perubahan masyarakat dan budayanya berpengaruh terhadap suasana pendidikan, dari taraf tradisional ke taraf modern. Perubahan konsep pandangan tentang hubungan pendidik dengan peserta didik yang bergeser dari pendidikan yang berpusat pada guru ke pendidikan yang berpusat pada anak, juga mempengaruhi suasana pendidikan.
Keduanya perubahan atau pergeseran tersebut, tentunya akan menimbulkan perubahan atau pembaharuan yang jika tidak terkendali akan menimbulkan suasana pendidikan yang justru akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal inilah diperlukan upaya pengatuaran dan pengendalian terhadap suasana yang berubah tersebut. Dengan kata lain, diperlukan adanya pengaturan dan perundang-undangan tentang system pendidikan nasional.
System pendidikan nasional memerlukan adanya organisasi dan administrasi pendidikan secara nasional pula. Organisasi pendidikan adalah unit-unit pendidikan dengan mekanisme kerja tertentu yang member kemungkinan tercapainya tujuan pendidikan.
Administrasi pendidikan adalah pengelolaan pendidikan dalam arti luas yang setidak-tidaknya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, dan pengawasan.
C. System Pendidikan Nasional Indonesia
Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Hal tersebut berarti bahwa pemerintah harus menyusun undang-undang tentang System Pendidikan Nasional dalam rangka menyelenggarakan satu system Pendidikan Nasional yang dimaksudkan.
Kendati UUD 1945 sudah mengamanatkan demikian ternyata usaha menyusun undang-undang tentang system pendidikan nasional tersebut bukanlah mudah. Sejak tahun 1945 tersebut baru realisasikan pada tahun 1989, yaitu pada tanggal 27 maret 1989, selanjutnya disempurnakan dengan UU No. 20 tahun 2003.
Sementara itu, menurut TAP MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN dipaparkan tujuan pendidikan nasional secara lebih luas seperti berikut ini.
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan semangat patriotic dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan social serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Tiga hal yang perlu dijadikan pedoman
1. Pendidikan harus diarahkan untuk kesejahteraan bangsa.
Maknanya adalah garapan pendidikan nasional, baik yang bersifat formal atau informal harus merujuk pada terbinanya kesejahteraan rakyat. Lahirnya UU System Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 antara lain member arahan kemana system pendidikan nasional akan dikembangkan. Karakteristik atau perubahan mendasar dalam UU system Pendidikan Nasional 1989 adalah berubahnya kebijakan pendidikan nasional, khususnya pendidikan dasar yang pada mulanya berlangsung 6 tahun menjadi pendidikan dasar 9 tahun. Artinya setiap warga Negara Indonesia minimal berpendidikan.
SLTP. Tujuan utamanya sudah jelas, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui sector pendidikan khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia yang berkualitas dalam arti memiliki ketahanan mental religious, jatidiri sebagai bangsa, kemandirian kreatif dan inovatif. Oleh sebab itu, optimisme terhembus bahwa kesejahteraan bangsa akan lebih baik seiring dengan latar belakang pendidikan yang diperolehnya.
2. Pendidikan berfungsi untuk emmpersiapkan tenaga kerja bagi industrialisasi mendatang.
Disini berarti keterkaitan yang erta antara sector pendidikan dengan dunia kerja adalah sesuatu yang diharapkan. Kenyataannya memang dalam pembangunan jangka panjang (PJP) II sekarang ini memberi penekanan yang strategis pada pengembangan daya manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi tentang keterkaitan atau relevansi pendidikan dengan duni kerja ini bukanlah hal yang baru. Dalam pendidikan nasional di Indonesia. Misalnya pada tahun 1968, hasil penelitian. JE. Beeby yang disponsori UNESCO memunculkan temuannya tentang masalah yang berkaitan dengan pemerataan, kuantitatif, masalah kualitas, efisiensi, dan relevansi pendidikan.
3. Pendidikan berfungsi untuk pengasaan IPTEK
Kata kunci pada era globalisasi seperti sekarang ini, antara lain bagaimana penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi, realitas menunjukkan bahwa persaingan-persaingan sekarang sudah terlihat, misalnya dibidang industry yang sarat teknologi akan lebih unggul. Hal itu sering membuat kita kedodoran dan kalah langkah dengan industry maju karena ketidakmampuan kita menguasai teknilogi. Karena itulah pendidikan yang berwawasan teknologi perlu mendapatkan perhatian utama kendatipun tidak lantas meninggalkan dimensi lain seperti budaya dan humaniora serta penanaman nilai’.
D. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional
Persoalan dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itu pun akan menentukan kearah mana anak didik dibawa.
Pada pasal 1 ayat 2 UU No. 2 Tahun 1989 ditegaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu maka pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari system pendidikan yang telah ada sebelumnya yang merupakan warisan budaya bangsa secara turun-temurun.
Sementara itu, dalam pasal 2 UU No. 2 tahun 1989 tersebut disebutkan pula bahwa: “pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945”. Dengan begitu setiap satuan pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dapat dikategorikan sebagai dan masuk dalam kesatuan system pendidikan nasional.
Adapun fungsi pendidikan nasional, sebagaimana ditegaskan pada pasal 3, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan Nasional Negara kita jelas termaktub dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
Berikut ini akan dikemukakan tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia.
1. Rumusan menurut SK Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan NO. 104/Bhg.O tanggal 1 Maret 1946: Tujuan pendidikan adalah untuk menanamkan jiwa patriotism. Hal ini sesuai dengan semangat dan situasi Indonesia pada waktu itu yang baru saja merdeka, dimana colonial Belanda masih berusaha dan berkeinginan untuk kembali berkuasa di Indonesia.
2. Menurut UU No. 4 Tahun 1950 (UU Pendidikan dan Pengiran) tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
3. Menurut ketetapan MPR No. II tahun 1966 Tujuan Pendidikan ialah mendidik anak kea rah terbentuknya manusia yang berjiwa pancasila dan bertanggung jawab atau terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.
4. Rumusan tujuan pendidikan manurut Sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan penetapan Presiden No. 19 Tahun 1965, yang berbunyi sebagai berikut Tujuan Pendidikan nasional kita baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta dari pendidikan pra sekolah sampai pendidikan tinggi supaya melahirkan warga Negara Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab terselenggaranya masyarakat sosialis dan makmur baik spiritual maupun material yang berjiwa pancasila, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Perikemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Kebangsaan;
4. Kerakyatan;
5. Keadilan social.
5. Menurut ketetapan MPR No. II / MPR / 1993 Tentang GBHN Tujuan pendidikan nasional dipaparkan lebih luas lagi sebagai berikut, pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisipli, beretos kerja professional serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotic dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangant kebangsaan dan kesetiakawanan social serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Demikian beberapa rumusan tujuan pendidikan yang pernah dilaksanakan di Indonesia. Tampak jelas kesejalanan rumusan tujuan pendidikan yang tersebut pada pasal 4 UU No. 2 tahun 1989 dengan rumusan tujuan pendidikan yang tercantum dalam ketetapan-ketetapan MPR. UU No. 2 Tahun 1989 merupakan pelaksanaan.
Ketetapan MPR baik tentang UUD maupun GBHN karenanya materi dan tujuan yang ditetapkan dalam UU tersebut juga sejalan dengan kehendak UUD 1945 dan GBHN. Maka dari itu, tujuan pendidikan nasional pun sejalan, seirama, dan sejiwa dengan yang ditetapkan oleh Lembaga Tertinggi Negara (MPR) tersebut. Tidak boleh dikruangi ataupun dilebihi.
Seiring dengan perkembangan yang terus terjadi, dan adanya upaya memperbaiki system pendidikan nasional yang terus dilakukan, maka lahirlah UU No. 20 Tahun 2003, sebagai penyempurnaan UU No.2 tahun 1989.
BAB III
SEJARAH PENDIDIKAN
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala kejadian dalam alam ini, termasuk hal-hal yang dikembangkan oleh budi daya manusia. Demikianlah sejarah candi, sejarah posil, sejarah batuan-batuan, sejarah perkembangan benua dan pulau, sejarah politik, sejarah suatu Negara, sejarah ilmu, sejarah pendidikan, dan sebagainya.
Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian-kejadian model-model, konsep-konsep, teori-teori, praktek-praktek, moral cita-cita, bentuk dan sebagainya. Informasi-informasi yang lampau ini terutama yang bersifat kebudayaan pada umumnya berisi konsep, praktek, dan hasil yang diperoleh. Sejarah tentang candi Borobudur misalnya mengandung konsep tentang cara membuat candi itu serta tujuan yang ingin dicapai, proses pembuatannya, dan hasil yang diproleh yang bisa dinikmati sampai saat ini.
Informasi-informasi tersebut diatas merupakan warisan generasi muda dari generasi pendahulunya yang tidak ternilai harganya. Generasi muda harus banyak belajar dari informasi ini. Belajar dalam arti memanfaatkan informasi ini dalam upaya memajukan diri bukan belajar hanya menerima dan bertahan dalam kebudayaan itu, melainkan kebudayaan itu dijadikan landasan dan bahan perbandingan untuk maju. Setiap bidang kegiatan yang dikejar oleh manusia untuk maju, pada umumnya dikatikan juga dengan bagaimana keadaan bidang itu pada masa lampau. Apakah bidang itu dahulu itu sudah baik atau maju, apakah baru dalam pase mulai, ataukah sudah lama dikerjakan tetapi hasilnya belum memuaskan, bagaimana konsep dan prakteknya? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas member dasar orang-orang bersangkutan untuk bertindak lebih lanjut dalam bidang itu. Demikian juga dalam bidang.
A. Sejarah Pendidikan Dunia
Umur sejarah pendidikan duni sudah panjang sekali. Mulai dari zaman Hellenisme tahun 150-500 SM, ke zaman pertengahan tahun 500-1500, zaman humanism atau renaissance serta zaman reformasi dan kontra reformasi pada tahun 1600-an. Pendidikan yang terjadi pada zaman-zaman ini tidak diuraikan. Pendidikan yang mulai menunjukkan perbedaan eksistensisnya dengan pendidikan-pendidikan sebelumnya adalah sejak zaman realism.
Bila pendidikan-pendidikan sebelumnya masih banyak berkiblat kepada dunia ide, dunia surge, atau akhirat maka pada zaman realism pendidikan diarahkan kepada kehidupan dunia dan bersumber dari keaadaan di dunia pula. Pendidikan tidak banyak diperngaruhi oleh kebudayaan Yunani dan Romawi, tidak banyak bergantung pada alam pikiran yang tertulis dalam buku, lengkap dengan perasaan dan etika yang ditimbulkannya. Realism menghendaki pikiran yang praktis. Gerakan ini didorong oleh berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan alam, seperti penemuan-penemuan yang baru dalam ilmu falak tentang planet-planet dan bumi mengitari matahari serta penemuan-penemuan daerah baru dalam mengelilingi dunia.
Orang-orang mulai mengarahkan perhatiannya pada alam tempat mereka hidup dan menjalani kehidupan ini. Mereka kurang percaya kepada metode deduktif, yaitu titik tolak dari ketentuan umum yang tertulis dalam buku kebudayaan klasik menuju kegejala-gejala yang ada di ala mini. Gejala tidak dijelaskan lewat buku klasik, melainkan mereka selidiki sendiri dan tafsirkan sendiri maknanya, sebagai zaman kebangkitan ilmu, francis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman realism ini (abad ke-17) yang pertama mengembangkan metode induktif, pendapat Bacon adalah sebagai berikut:
a. Dalam menentukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus diarahkan realita alam ini serta hal-hal praktis yang ada di dalamnya.
b. Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat alat-alat indra.
c. Menggunakan metode berpikir induktif, yaitu mulai dari menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisis sehingga menimbulkan simpulan.
d. Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen-eksperimen.
e. Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan.
Ada sejumlah prinsip pendidikan yang berkembang pada waktu itu, yang dirumuskan oleh Bacon beserta pengikut-pengikutnya, antara lain:
a. Pendidikan lebih dihargai dari pada pengajaran sebab mengembangkan semua kemampuan manusia.
b. Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri
c. Penanaman pengertian lebih penting dari pada hapalan
d. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
e. Pelajaran harus diberikan satu persatu
f. Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi. Tokoh realism yang lain adalah Johan Amos Comenius.
Tokoh ini terkenal bukunya:
a. Janua Linguarum Reserata atau Pintu Bagi Bahasa, Tahun 1631
b. Didactics Magna atau Buku Didaktik yang Besar, Tahun 1632
c. Orbis Pictus atau Gambar Dunia, Tahun 1651
Buku yang pertama adalah buku pelajaran bahasa, yaitu cara untuk memudahkan mempelajarai bahasa latin, dengan jalan menuliskan bahasa latin pada sebelah kiri diharapkan lebih mudah belajar bahasa latin abad terjemahannya sudah tersedia disebelah kanan. Materi pelajaran diupayakan kalimat-kalimat yang bila dipakai sehari-hari, yang disusun dimulai dari yang mudah secara perlahan-lahan ke yang sukar. Kalimat-kalimat itu juga diupayakan agar bertalian dengan pengetahuan tentang alam nyata ini.
Buku pelajaran bahasa ini kemudian disempurnakan dengan memasukkan gambar-gambar didalamnya, yang dikenal dengan buku Orbis Pictus. Setiap kata atau angka dilengkapi dengan gambar sehingga ada asosiasi antara arti kata atau angka itu dengan gambar.
Begitu pula antar kalimat dengan gambar. Dengan cara ini anak-anak didik lebih mudah mempelajari bahasa latin itu. Disamping itu Comenius mengharapkan cara ini dapat mendorong anak-anak lebih mudah aktif belajar. Buku ini merupakan sumber pengajaran dengan alat peraga. Sementara itu buku Didactita Magna Merupakan buku yang menceritakan tentang diaktik atau cara mengajar. Comenius menghendaki metode yang sesuai dengan perkembangan alamiah atau hokum-hukum alam dengan cara:
a. Belajar melalui peragaan atau cari sendiri di alam terbuka dengan observasi atau penelitian sehingga anak-anak dapat jawaban dari alam itu sendiri.
b. Pelajaran harus maju selangkah demi selangkah, dari yang mudah ke yang sukar.
c. Ekspresi dengan kata merupakan hal yang penting untuk mengetahui apa yang telah mereka pahami.
Dari uraian diatas dapat disarikan bahwa aliran realis memiliki pandangan tentang pendidikan sebagai berikut:
a. Anak-anak harus belajar dari alam
b. Belajar dengan metode induktif
c. Mementingkan aktifitas anak
d. Mengutamakan pemahaman
e. Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penditng
f. Belajar dibantu oleh gambar-gambar
g. Belajar memulai bahasa ibu
h. Materi dipelajari satu demi satu dari yang gampang ke yang sukar
i. Pelajaran di sesuaikan dengan perkembangan anak
j. Pendidikan berlihat demokratis yaitu untuk semua anak.
Sesudah zaman realisme berkembanglah paham rasionalisme dengan tokoh John Locke pada abad ke 18. Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Oleh Karen itu latihan-latihan sangat diperlukan untuk memperkuat akal atau resiko. Maka aliran ini juga disebut disiplinarianisme. Keyakinan mereka adalah akal merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan adalah bagai hasil pengolahan akal. Paham ini muncul karena masyarakat dengan akalnya dapat menumbangkan raja Perancis yang absolute. Teorinya yang terkenal adalah teori tabularasa atau a blank sheet of paper. Mendidik adalah menulis kerta putih itu. Manusia tidak mewarisi pengetahuan tetapi emmbentuk pengetahuan sendiri.
Aufklarung adalah keadaan jiwa manusia setelah diterangi oleh intelek dari mengalami kegelapan dalam tindasan raja/pemerintah dan norma-norma agama menjadi bebas mencari cara hidup sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia ini, bisa materialistis. Proses belajar menurut John Locke ada tiga langkah yaitu:
a. Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia.
b. Mengingatkan apa yang telah diamati dan dihafalkan
c. Berfikir, atau mengolah bahan-bahan yang telah didapati.
Ditimbang-timbang untuk diri sendiri. Dengan materi pelajaran terutama bahasa latin dan ilmu pasti untuk melatih pikiran. Selanjutnya pada abad ke-18 ini mucul pula aliran baru yaitu Naturalis sebagai reaksi terhadap aliran Raionalis. Tokohnya adalah J.J. Rousseau. Naturalisme menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang dibuat-buat, sampai dengan korupsi. Anak-anak dipandang sebagai orang dewasa yang kecil. Naturalism menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati. Dalam pembaruan pendidikan Rousseau menulis buku dengan judul emile.
Pada awal buku ini dikatakan / dituliskan kalimat inti dari maksud bukunya yaitu: segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam; dan segala sesuatu menjadi intelk manakala ia sudah berada di tangan manusia. Rousseau ingin kembali kea lam yang wajar pendidikan alam, alamlah yang menjadi guru.
Emile adalah nama anak yang diperankan dalam buku itu, terdiri dari lima buku yaitu
a. Buku I tentang pendidikan anak baru lahir sampai dengan umur 2 tahun. Yang ditekankan adalah perkembangan tubuh dan alat-alat indra.
b. Buku II tentang pendidikan anak umur 2 tahun sampai dengan 12 tahun yang mengutamakan perkembangan alat-alat indra.
c. Buku III tentang pendidikan anak umur 12 tahun sampai dengan 15 tahun yang mengutamakan perkembangan intelek
d. Buku IV tentang pendidikan anak umur 15 tahun sampai 20 tahun yang mengutamakan pendidikan watak dan agama.
e. Buku V bercerita tentang Sophia Istri Emile adalah pendidikan wanita dan kesusilaan. Semua pendidikan di atas dilaksanakan dengan alamiah. Anak-anak mendidik dirinya sendiri dialam terbuka. Guru-guru cukup menghindarkan anak-anak dari kemungkinan menciptakan bahaya besar seperti deserang binatang buas, binatang berbisa, bencana banjir, angin topan dan sebagainya.
Menurut Reusseau ada tiga asas mengajar yaitu:
a. Asar pertumbuhan, pengajaran harus member kesempatan untuk anak-anak bertumbuh secara wajar dengan cara memperkerjakan mereka, sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya
b. Asas aktivitas, melalui bekerja anak-anak akan menjadi aktif, yang akan memberikan pengalaman, yang kemudian akan menjadi pengetahuan mereka
c. Asas individualitas, dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan individualitas, masing-masing anak, sehingga mereka berkembang menurut alamnya sendiri.
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19 penganut aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa. Karena itu aliran ini disebut juga gerakan prikologis dalam pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses perkembangan yang berlangsung dalam setiap individu. Proses ini merupakan hasil dari aktifitas dan hasil reaksinya terhadap lingkungan. Tokoh-tokoh dari aliran ini adalah Pestalozzi, Johann Fredric Herbart, Friedrich Willian Frobel di Jerman, dan Sanley Hall di Amerika Serikat. Masing-masing pandangan mereka akan diuraikan pada bagian berikut.
Tujuan pendidikan Pestalozzi adalah meningkatkan derajat social seluruh umat manusia. Untuk mencapai hal itu, terlebih dahulu perlu diangkat derajat individu, dengan mengembangkan semua efek individualnya yaitu otak, tangan dan hati mereka. Agar upaya ini berhasil perlu mengetahui hokum-hukum perkembangan anak. Tugas pendidikan selanjutnya, sesudah mengetahui hokum-hukum perkembagan anak adalah menyediakan syarat-syarat tertentu agar kekuatan-kekuatan anak bisa berkembang dengan baik. Inilah hakekat pendidikan Pestalozzi. Pendidikan bersifat continue, wajar dan spontan.
Dasar metodenya adalah aktivitas anak. Yang terdiri dari a). Impression atau pengamatan, bukan saja lewat panca indera, tetapi juga mencakup unsur emosional; B). Ekspresi dalam bentuk bahasa, benda-benda, bilangan atau hitungan dan moral.
Tokoh kedua adalah Herbart yang menginginkan pembentukan manusia susila yang bermoral tinggi. Tujuan pendidikannya adalah membentuk watak susila, melalui pengembangan minat yang seluas-luasnya. Minat anak terhadap segala sesuatu dikembangkan lewat pengajaran. Dia berkeyakinan bila anak berminat terhadap sesuatu maka ia akan mempelajarinya sehingga menjadi pengetahuan. Pengetahuan itu sehingga menimbulkan rasa atau simpati yang akhirnya membuat anak itu mau melakukannya. Herbart menyatakan kita mau melakukan sesuatu tentang apa yang kita ketahui, tetapi kita tidak mau melakukan hal itu manakala kita tidak tau tentang hal itu. Inilah cara membentuk anak itu agar susila.
Dasar-dasar teori pendidikan Herbart adalah psikologi asosiasi. Pengajaran yang baik akan memberikan tanggapan jelas-jelasnya kepada anak-anak. Tanggapan yang jelas akan bisa membuat hubungan atau antar asosiasi yang erat. Asosiasi yang baru akan membentuk pengetahuan yang baru pula. Karena itu Psikologi Asosiasi Herbart Bering pula disebut juga Psikologi tanggapan. Ada lima langkah dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. Persiapan, anak-anak dipersiapkan untuk menerima pelajaran. Minat mereka digerakkan untuk menerima bahan baru dengan cara menghubungkannya dengan bahan lama yang telah dipelajari.
2. Presentasi, dimulai secara kongkrit agar anak-anak mendapat tanggapan-tanggapan yang jelas, terang dan kuat.
3. Asosiasi, dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengetahuan baru dengan yang lama
4. Generalisasi, hubungan pengetahuan yang baru dengan yang lama benar-benar membentuk sesuatu yang baru pula dalam benak anak-anak. Dengan demikian setiap kali diberi materi yang baru akan membentuk pengetahuan yang baru pula.
5. Aplikasi, pembentukan pengetahuan-pengetahuan yang baru itu perlu diuji atau dites, untuk mengetahui apakah anak-anak sudah dapat mengerti apa-apa yang telah disampaikan.
Kalau Herbert mengemukakan minat yang luas untuk mencapai kesusilaan maka Frobel bermaksud mengembangkan semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-anak. Fobel yakin, anak-anak dilahirkan sudah berbekal potensi-potensi. Tujuan pendidikannya adalah mengembangkan semua potensi itu agar menjadi actual. Perkembangan manusia, sama dengan perkembangan alam, mulai dari kuncup sampai mekar.
Tugas pendidikan adalah mengontrol pertumbuhan anak agar menjadi/menjadi kea rah yang benar, ke arah aslinya sebagai anak manusi. Pendidikan Frobel adalah perkembangan yang diawali. Titik berat pendidikannya adalah kreatifitas, artinya agar pendidikan anak berhasil dengan baik, dibutuhkan kreatifitas anak itu sendiri mengembangkan dirinya. Tujuan akhir pendidikan Frobel adalah mencapai integritas diri dengan lingkungan / alam, sesuai dengan kehendak Tuhan. Manusia perlu dikembangkan agar menjadi / mencapai kedudukan yang cocok di jagat raya ini.
Tokoh terakhir dari aliran Developmental adalah Stanly Hall. Tujuan pendidikannya adalah mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada sehingga memperoleh kepribadian yang harmonis. Stanly Hall berpendapat bahwa kehidupan mental dan kehidupan fisik ebrjalan parallel. Tinggat-tingkat perkembangan mental anak mengikuti tingkat perkembangan mental, jenis manusia. Maka untuk dapat mengembangkan mental anak dengan baik, perlu mempelajari perkembangan mental jenis manusi (dalam sejarah manusia).
Insting adalah penjaga keselamatan manusia maka ia juga merupakan pendorong perkembangan rohaniah. Dorongan-dorongan anak sebagian besar masih bersifat laten. Dorongan-dorongan anak itu kemudian muncul menurut urutan tertentu dan bersifat aktif. Urutan itu, yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia, harus diketahui oleh pendidik, sehingga pendidik bisa menempa anak didiknya diibaratkannya sebagai besi yang masih panas menjadi bentuk yang baik.
Isi dan urutan pendidikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak:
a. Latihan bagian-bagian fisik.
b. Latihan alat-alat indera, dengan member kesempatan mengobservasi segala sesuatu dilapangan sampai menimbulkan imajinasi.
c. Latihan-latihan ingatan untuk mendapatkan kebiasaan-kebiasaan agar bisa mengintegrasikan diri di masyarakat
d. Latihan untuk menghargai dan memahami seluruh isi alam dan manusia
Dari keempat pandangan tokoh pendidik depelopment ini dapat disarikan konsep-konsepnya sebagai berikut:
a. Mengktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat social manusia.
b. Cara-cara untuk mewujudkan tujuan di atas adalah:
i. Dengan perkembangan yang dikontrol
ii. Dengan membentuk tanggapan-tanggapan yang jelas sehingga membentuk asosiasi pada anak
iii. Dengan mengembangkan insting, menempa anak sebelum kaku
iv. Melalui impresi indera dan emosional menjadi ekspresi pengetahuan dan moral. Pengembangan itu dilakukan sejalan dengan tingkat perkembangan anak.
Zaman developmentalisme diikuti oleh zaman Nasionalisme pada abad ke 19. Paham ini muncul sebagai upaya untuk membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dari imprealis, antara lain perang-perang yang dilakukan oleh Nampleon. Asal-usul bangasa si Eropa dimulai dari munculnya orang-orang bebas / golongan III, yang dimanfaatkan oleh para bangsawan menentang kekuasaan gereja. Akhir abad ke-18 negara-negara nasional telah berdiri, dengan persaingan-persaingan dalam industry dan perdagangan. Lalu timbul pula keinginan mancari daerah lain karena kemamkuran dan kesehatan karena jumlah penduduk bertambah. Maka terjadilah perang antar bangsa.
Tokoh-tokohnya antara lain, La Chalatais di Perancis, Fichte di Jerman, dan Jefferson di Amerika Serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk menjaga dan memperkuat dan mempertinggi kedudukan Negara. Yang diutamamkan adalah: a. Pendidikan Sekuler; b. Pendidikan Jasmani; c. Pendidikan Kejuruan.
Untuk mensukseskan pendidikan-pendidikan tersebut dibutuhkan mata pelajaran sebagai berikut: a). Bahasa dan Kesastraan Nasional; b). Pendidikan Kewarganegaraan; c). Lagu-lagu Kebangsaan; d). Sejarah Negara; e). Geografi Negara; f). Pendidikan Jasmani Lembaga Pendidikan yang berstatus negeri terutama sekolah-sekolah umum mulai mendominsai sekolah-sekolah swasta.
Di beberapa Negara muncul wajib belajar. Dan di Jerman oleh Hitler, di Italia oleh Musollini, dimana pendidikan nasional juga dikerjakan di luar sekolah. Akibat negative pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme di Jerman, yaitu kegilaan terhadap tanah air yang menimbulkan bencana perang dunia I.
Abad ke-19 ditandai oleh liberalism dan positivism. Bukti-bukti liberalism antara lain sekolah-sekolah dipakai berbagai alat untuk memperkokoh kekuatan penguasa pemerintahan. Siapa yang banyak berpengatahuan ialah yang berkuasa, yang dipelopori oleh Adam Smith, muncul prinsip kemerdekaan untuk berusaha sehingga timbul perusahaan-perusahaan raksasa yang membunuh perusahaan-perusahaan kecil. Sementara itu Positivisme dibawah tokohnya August Comte hanya percaya kepada kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera. Akibatnya kepercayaan terhadap agama semakin lemah.
Sebagai reaksi terhadap dampak liberalism, positivism dan individualism, muncullah aliran social pada abad ke-20. Tokoh-tokohnya adalah Paul Natorp dan George Kerschenteiner di Jerman serta John Dewey di Amerika Serikat. Para tokoh ini berpendapat masyarakat mempunyai arti yang lebih essensial dari pada individu. Natorp mengatakan individu ibarat atom-atom yang tidak berarti bila tak berwujud benda. Begitulah individu sebenarnya tidak ada sebab individu adalah suatu abstraksi saja dari masyarakat. Karena itu sekolah harus diabadikan kepada tujuan-tujuan social.
Bagi George Kerschensteiner, sosial sama dengan anggota masyarakat atau warga negara. Negara adalah bentuk tertinggi dari kehidupan bersama. Maka tugas yang paling utama dari manusia adalah: a. Melakukan suatu pekerjaan (jabatan vak b. Bekerja untuk kepentingan orang banyak (mensusilakan jabatan( c. Dengan bekerja orang akan menyempurnakan pergaulan dalam negara. Untuk merealisasikan tugas di atas George mendirikan sekolah kerja untuk membentuk:
John Dewey berpendapat bahwa segala sesuatu harus ditimbang menurut kegunaan praktisnya bagi kehidupan sosial. Kebenaran adalah dibuat oleh manusia. Manusia bagi
B. Sejarah Pendidikan Indonesia
Pendidikan di indonesia sudah ada sebelum negara indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno kemudian di teruskan dengan zaman pengaruh Hindhu Buddha, zaman pengaruh Islam, pendidikan zaman penjajahan, sampai pendidikan pada zaman kemerdeaan. Tidak semua pendidikan pada zaman itu akan dibahas. Yang dibahas adalah pendidikan-pendidikan yang memiliki konsep-konsep khusus atau peran yang menonjol yang diperkirakan bisa diambil manfaatnya dalam upaya meningkatkan dan membentuk pendidikan yang bercorak indonesia.
Pada waktu bangsa indonesia merintis kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaga masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Syafe’i, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990).
Mohamad Syafe’i mendirikan sekolah INS atau Indonessich Nederlandse School di Sumatra Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama sekolah Kayutanam, sebab sekalah ini didirikan di Kayutanam. Maksud utama Syafe’i adalah mendidik anak-anak agar bisa berdiri sendiri atas usaha diri sendiri dengan jiwa yang merdeka. Dengan berdirinya sekolah ini berarti ia menentang sekolah-sekolah Hindia-Belanda yang hanya menyiapkan anak-anak hanya menjadi pegawai mereka saja.
Tujuan pendidikan INS adalah sebagai berikut:
1. Mendidik anak-anak ke arah yang merdeka melalui pendidikan hidup mandiri
2. Menanamkan kepercayaan pada diri sendiri, membina kemauan yang keras, dan membiasakan diri bertanggung jawab
3. Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dankerjakan sendiri
4. Mengembangkan anak secara harmonis, yang mencakup aspek perasaan, kecerdasan dan keterampilan
5. Mengembangkan sikap sosial, agar dapat bermasyarakat dengan baik
6. Membiasakan bekerja menurut kebutuhan lingkungan
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka model sekolahnya diatur sebagai berikut:
1. Sekolah itu berbentuk asrama, anak-anak hidup bersama-sama melalui bekerja nyata atau belajar melalui bekerja
2. Belajarnya diatur menjadi sebagian belajar teori dan sebagian belajar lagi praktek
3. Ada beberapa perlengkapan belajar antara laini: a. Tanah dan alat bercocok tanam b. Alat-alat tukang kayu, c. Alat-alat menganyam, d. Alat-alat mengolah karet, e. Koperasi, f. Perlengkapan tukang besi, g. Alat-alat membuat barang dari tanah liat, h. Lapangan olahraga, i. Tempat seni.
4. Disamping bekerja anak-anak juga berupaya mencari uang sendiri dengan cara antara lain: a. Menjual barang-barang hasil karya sendiri, b. Berkoperasi c. Mengadakan pentas seni keliling. Dengan cara inilah mereka dapat menghidupi diri sendiri.
Organisasi pendidikannya mencakup ruang bawah dan ruang atas, keduanya terdiri dari sekolah dasar, sekolah menenganh, dan kemasyarakatan.
1. Ruang bawah sama dengan SD yang lama belajarnya 7 tahun. Di sini teori dipelajari 75% dan praktek 25%, dipilih sesuai dengan kemampuan anak-anak tingkat SD
2. Ruang atas, mempelajari teori 50% dan praktek 50%. Ruang atas berlangsung selama 6 tahun, yang terdiri dari a. Ruang 1 tahun b. Ruang remaja 4 tahun c. Ruang masyarakat 1 tahun.
Tokoh pendidik nasional selanjutnya yang akan dibahas adalah KI Hajar Dewantara yang mendirikan taman siswa di Yogyakarta. Sifat, metode dan sistem pendidikannya diringkas kedalam empat kemasan, yaitu Taman siswa, Panca Darma, adat istiadat, dan semboyan atau perlambangan. Masing-masing akan diuraikan pada bagian berikut.
Asas taman siswa dirumuskan pada tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah belanda pada waktu itu. Asas-asas itu adalah sebagai berikut:
1. Kemerdekaan individu untuk mengatur diri sendiri. Kebebasan ini dibatasi oleh kepentingan umum, yaitu jangan sampai mengganggu ketertiban umum
2. Kemerdekaan dalam berpikir, mengembangkan perasaan, dan kemauan melakukan sesuatu
3. Kebudayaan sendiri, sebagai dasar kehidupan bukan intelektual
4. Kerakyatan, yaitu sebagai dasar kehidupan bukan intelektual
5. Hidup mandiri, ialah berusaha hidup dan menghidupi diri sendiri, serta tidak menerima bantuan yang mengikat
6. Hidup sederhana, agar mampu membiayai diri sendiri
7. Mengabdi kepada anak, semua kegiatan yang dilakukkan adalah untuk kepentingan perkembangan anak
Asas diatas direvisi pada tahun 1947 menjadi dasar-dasar taman siswa, agar sesuai dengan tuntutan zaman yang baru. Dasar-dasar ini diberi nama Panca Darma dengan isi sebagai berikut:
1. Kemanusiaan, yaitu berupaya dan menghayati sesama manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Meningkatkan kesucian jiwa dan cinta kasih.
2. Kebangsaan, ialah bersatu dalam suka danduka, tetapi menghindari chaufinistis. Dan tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan
3. Kebudayaan, yaitu kebudayaan nasional harus di lestarikan dan dikembangkan. Untuk ini Dewantara mengembangkan konsep TO Kon yaitu: a. Kontinue, yaitu kebudayaan nasional harus dikembangkan secara terus menerus, b. Konsentrasi, kebudayaan itu harus bertitik pusat kepada kebudayaan bangsa indonesi. Terhadap kebudayaan asing haruslah selektif, c. Konvergensi, kebudayaan-kebudayaan asing yang sudah diseleksi diintegrasikan ke dalam kebudayaan-kebudayaan asli bangsa indonesia
4. Kodrat alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina dan berkembang sesuai dengan kodrat alam
5. Kemerdekaan/kebebasan, setiap anak harus diberi kesempatan bebas mengembangkan diri sendiri. Mereka perlu mendisiplinkan diri sendiri untuk mengejar nilai-nilai hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Ada 5 butir yang dijadikan dasar pendidikan oleh Ahmad Dahlan
1. Peribahan cara pebfikir, ialah kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah cara berfikir dan bertindak dari kebiasaan lama yang kurang tepat, untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Kemasyarakatan, artinya janganlah hanya mengembangkan aspek individu saja, melainkan juga aspek kemasyarakatan, agar pengembangan individu dan kemasyarakatan berimbang
3. Aktivitas, anak harus megnembangkan aktivitasnya sendiri untuk memperoleh pengetahuan. Dan harus pula melaksanakan serta mengamalkan semua hal yang telah diketahuinya.
4. Kretivitas ialah untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan kiat guna menghadapi situasi baru secara tepat dan cepat
5. Optimisme, anak-anak diberi keyakinan bahwa melalui pendidikan keinginan dan tujuan serta cita-cita mereka akan tercapai, asal dengan semangat dan berdedikasi mengerjakannya sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan
Fungsi lembaga pendidikan yang di ciptakan Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat dakwah, baik ke dalam maupun keluar organisasi Muhammadiyah
2. Tempat pembibitan dan pembinaan kader, yang dilaksanakan secara sistematis dan selektif dengan kebutuhan
3. Merupakan wahana untuk melaksanakan aturan para anggota organisasi
4. Mensyukuri nikmat Tuhan, artinya apapun kemampuan anak-anak, pendidik harus memberikan kesempatan berkembang, menjaga, merawatnya dengan sebaik-baiknya
C. Masa Perjuangan
Perjuangan bangsa indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa indonesia dan mengisinya agar menjadi jaya adalah panjang sekali. Perjuangan yang diawali dari zaman kerajaan
Perjuangan yang bersifat kedaerahan itu berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya Boedi Oetomo pada tahun 1908. Tampaknya para pemimpin bangsa pada waktu itu mulai belajar dari sejarah bahwa perjuangan yang sifatnya kedaerahan tidak banyak memberi manfaat bagi bangsa dan negara secara keseluruhan. Karena itulah Budi Utomo mulai menggalang persatuan dan kesatuan.
Budi Utomo dirintis oleh Wahidin, seorang bangsa indonesi yang sempat mengecap pendidikan diperguruan tinggi waktu itu. Mula-mula ia mendidikan yayasan Dana Belajar dengan maksud agar lebih banyak bangsa indonesia mendapatkan kesempatan belajar dan untuk mempertinggi kebudayaan bangsa indonesia.
Seperti diketahui bahwa pendidikan pada zaman penjajahan Belanda dapat dikatakan tidak menguntungkan bangsa indonesia. Pada waktu itu terjadi dualisme dalam pendidikan yaitu:
1. Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya. Sistem pendidikan ini lengkap mulai dari SD sampai dengan SMA dan lulusannya dapat hak melanjutkan pendidikan ke Eropa.
2. Sistem pendidikan untuk anak-anak indonesia, yaitu sebagian besar SD 3 tahun, dan SD 5 TH dan lulusannya dimanfaatkan di pegawai-pegawai pemerintahan kolonial yang dibayar murah
Namun berkat perjuangan bangsa indonesia yang gigih dan kemudian muncul politk Etis, jumlah lembaga pendidikan diperbanyak dan jenjangnya ditingkatkan serta lebih beragam. Sampai perguruan tinggi pun didirikan yaitu kedokteran dan hukum. Tatapi hanya sejumlah kecil bangsa indonesia yang sempat menikmatinya. Salah seorang tamatan kedokteran pada perguruan tinggi di atas adalah Wahidin, yang setelah mendirikan Yayasan Dana Belajar, meneruskannya mendirikan Budi Utomo karena mendapat sambutan hangat dari mahasiswa. Dengan demikian pergerakan kebangsaan yang bersifat nasional mulai dari kalangan warga kampus, yaitu alumni dan para mahasiswa.
Organisasi Budi Uetomo didirikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dasar Organisasi adalah kebudayaan
2. Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa indonesia dalam segala bidang kehidupan, terutama kebudayaan
3. Pimpinan adalah orang-orang bangsa indonesia yang bukan pelajar
Salah satu usaha organisasi ini adalah mendirikan sekolah-sekolah swasta, untuk menghidupakan dan menggalang rasa persatuan dan kebangsaan, cinta kebudayaan sendiri, melestarikan dan mengembangkannya. Kesadaran akan makna dan manfaat organisasi pergerakan kebangsaan makin lama makin meningkat. Akibatnya organisasi-organisasi yang senada makin lama makin banyak bermunculan di sana-sini, seperti serikat dagang, perkumpulan pemuda dan partai politik.
Perjuangan kebangsaan makin meningkat sejak dilakukannya sumpah pemuda pada tahun 1928, dari isi sumpah ini kelihatan bahwa persatuan bangsa indonesia semakin kuat, karena merasa diikat oleh negara. Perjuangan melawan penjajah tidak pernah padam, perjuangan berlangsung terus menerus dari waktu kewaktu. Proses perjuangan seperti ini menempa jiwa seseorang untuk berjiwa patriotik. Patrio-patriot bangsa bermunculan di sana-sini, mereka berjuang merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan.
Jiwa patriotik memiliki nilai-nilai 45 dan serangan 45. Nilai dan semangat 45 in sampai sekarang masih terkenal, dan memang keberadaannya dipertahankan. Mengapa demikian? Karena ia masih relevan untuk dipakai berjuang dalam mengisi kemerdekaan ini, walaupun sifat perjuangan itu tidak sama. Kalau dahulu berjuang secara fisik mengusir penjajah, maka dalam mengisi kemerdekaan berjuang secara hati, otak, dan tenaga mewujudkan cita-cita kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
Kini mari kita melihat bagaimana wujud nilai-nilai 45 dan semangat 45. Nilai 45 adalah nilai-nilai yang bertumbuh dan berkembang dari sejarah perkembang dari sejarah perjuangan bangsa indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaannya. Dikatakan bertumbuh dan berkembangan, karena nilai-nilai itu tidak terjadi sekaligus dalam waktu yang singkat, melainkan berkembang secara alami melalui proses perjuangan yang menentang maut beberapa tahun lamanya. Ketika perjuangan fisik berakhir, maka nilai-nilai 45 itu dipandang sudah mapan karena misinya sudah berakhir, pertumbuhan dan perkembangannya
Sudah berhenti, dan ia mengkristal dalam wujud yang lebih jelas. Wujud nilai-nilai 45 antara lain ialah
1. Berani berbuat
2. Rela berkorban
3. Kompak bersatu
4. Rasa senasib dan sepenanggungan
5. Pantang menyerah
6. Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi
7. Patuh kepada pemimpin
8. Cinta akan kebenaran dan keadilan
9. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Nilai-nilai diatas bila sudah dipahami dan dihayati akan dapat membentuk jiwa 45. Selanjutnya orang yang telah memiliki jiwa seperti itu, akan mempunyai semangan 45. Sehingga dikatakan bahwa semangan 45 adalah perwujudan dinamis atau ekspresi dari jiwa 45 yang membangkitkan kemauan untuk berjuang (Surono, 1988). Semangat ini bisa dilihat dengan jelas dari prilaku mereka sehari-hari. Inilah salah satu buah yang sangat penting dari sejarah perjuangan bangsa indonesia. Suatu buah yang tidak melalui perencanaan terlebih dahulu. Buah yang muncul begitu saja melalui tanah peperangan. Ia ditempa dan diproses lewat peperangan ituy.
Semangat 45 yang meluap-luap tersebut diatas sudah tentu terjadi juga dibidagn pendidikan pada saat itu, Budi Utomo yang bverjuang melalui kebudayaan, serikat dagang melalui perdanganan, perkumpulan pemuda melalui organisasi kemasyarakatan, dan partai politik melalui politik, memberi inspirasi untuk berdirinya sekolah-sekolah. Lembaga-lembaga pendidikan inipun ikut berjuang melalui pendidikan. Namun sebagian
Besar mempunyai tujuan luhur dan semangan yang bergelora. Tetapi sistem dan metodenya tidak banyak berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang sudah ada. Hanya dua jenis lembaga pendidikan yang memiliki sistem dan metode yang khas untuk berjuang, yaitu pendidikan kayutanam dan taman siswa seperti yang telah diuraikan pada bagian yang lampau. Indonesia dalam penjajahan jepang tetap berlanjut. Bangsa Kits tidak mau diam sebelum cita-cita merdeka tercapai. Walaupun jepang menguras habis-habisan kekayaan indonesia, bangsa kita tidak pantang menyerah berkat semangat 45 yang telah berkembang dihati mereka.
BAB IV
LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “Belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakalah anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidika anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai prantara yang dapat menjalankan tiga fungsi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga diatas memberikan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi uga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan pendidikan merupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah ini berusaha memuat tentang : landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan ekonomi.
A. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
1. Pendidikan menurut UU 1945
UUD 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam UUD 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajar pasal 32 pada UUD berbunyi: pemerintah memajukan kebudayaan nasional indonesia yang diatur dengan Undang-Undang.
2. UU RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Seperti yang terdapat dibeberapa bagian di modul ini kaitannya dengan dasar pendidikan nasional, hanya saja dibagian ini membahas sebagian saja. Tidak semua pasal akan dibahas dalam bab ini. Yang dibahas adalah pasal-pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagian acuan untuk mengembangkan pendidikan.
Pertama-tama adalah pasal 1 ayat 2 dan ayat 7. Ayat 3 berbunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. UU ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori-teori pendidikan dan praktek-praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan indonesia.
Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi: Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengkibatkan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembangan pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar”.
3. Landasan Filsafat
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akrnya mengenai pendidikan agar uraian tentang filsafat pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beebrapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini.
Aliran itu ialah:
a. Esensialis
Filsafat pendidikan esensial bertitika tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intektual dan logika
b. Parenialis
Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino
c. Progresivis
Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Ada yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini. Tokkoh filsafat pendidikan progresivis ini adalah John Dewey
d. Rekonstruksionis
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiku (Callahan, 1983). Mereka bercita-cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total
e. Eksistensialis
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri.
4. Landasan Sosial Budaya
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Sama halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya.
Sosiologi dan pendidikan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial
Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktor-faktor berikut:
a. Imitasi
b. Sugesti
c. Identifikasi
d. Simpati kebudayaan dan pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989) Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1). Norma-norma, (2). Folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan (3). Mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukan lima komponen kebudayaan sebagai berikut : 1. Gagasan, 2. Ideologi, 3. Norma, 4. Teknologi, 5. Benda
Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu: 1. Kesenian, 2. Ilmu, 3. Kepandaian
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan indonesi, 2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan jawa, bali, sunda, NTB dan sebagainya. 3. Kebuayaan populay, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek dari pada kedua macam kebudayaan terdahulu.
5. Landasan psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri
a. Psikologi perkembangan, ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: (Nan Syaodih, 1981). Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain. 2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-kelompok. 3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendektan individual. Melihat perkembangan seorang secara individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1981). Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang, 2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun emrupakan masa sebagai manusia pemburu, 3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya, 4. Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusai berbudaya.
b. Psikologi Belajar, Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut.
1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat,.
3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah ntuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.
4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar
5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak
6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar
7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar
8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran
6. Landasan Ekonomi
Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi dibanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatiaan yang sangat besar. Tidak banyak orang memnetingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bisa digali adalah sebagai berikut:
1. Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bisa dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat
4. Usaha-usaha lain.
Sumpulan : Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung di negara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi dan landasan ekonomi.
BAB V
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN
DI INDONESIA
Sesungguhnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari usaha-usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan yang sangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang pendidikan yang kini berlangsung tidaklah ari bila tidak membicarakan sosok dan tokoh-tokoh pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih payah dan karya mereka.
Pada dasarnya cukup banyak tokoh pelaku sejarah yang sangat berjasa dalam dunia pendidikan di indonesia. Namun, dalam kesempatan ini hanya sebagian yang bisa dikemukakan, dengan tidak mengurangi dan mengecilkan hati perjuang dan jasa-jasa tokoh lain. Tokoh-tokoh pendidikan dimaksud adalah:
A. Raden Ajeng Kartini (1878-1904)
Raden Ajeng (R.A) Kartini lahir di Mayong (Jepara), lahir pada tanggal 21 April 1879. Hari kelahirannya ini sampai sekarang terus diperingati sebagai hari kartini. Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih memperjuangkan emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat sejajar dengan kaup pria. Perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh R.A Kartini tersebut disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah khusus kaum wanita. Jenis sekolah yang dirintis dan didirikan oleh R.A. Kartini adalah:
1. Sekolah Gadis di Jepara, dibuka tahun 1903;
2. Sekolah Gadis di Rembang
Pada dasarnya apa yang dicita-citakan dan dilakukan oleh Kartini hanyalah sebagai perintis jalan yang nantinya harus diteruskan oleh “Kartini-Kartini baru. R.A. Kartini meninggal dalam usia cukup muda yaitu empat hari setelah ia melahirkan, tepatnya tanggal 17 september 1904
Untuk menghormati cita-cita Kartini, pada tahun 1913 didirikan sekolah rendah untuk anak-anak perempuan beberapa kota besar, yaitu dengan nama sekolah kartini bahkan karena besarnya jasa-jasa kartini tersebut W.R. Supratman mengabdikan namanya dalam satu buah lagu gubahannya yang berjudul, ibu kita Kartini.
B. Rohana Kudus (1884-1969
Rohana Kudus dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1884 di Kota Gedang, sumatera Barat, beliau adalah seorang wanita islam yang sangat taat menjalankan airan agamanya, dengan giat sekali mempelopori emansipasi wanita. Ia seorang pendidik wanita yang berusaha untuk memperbaiki nasib kaum wanita indonesia.
Di samping itu juga ia adalah seorang guru agama. Guru kerajinan wanita, serta seorang wartawan wanita pertama di indonesia. Dengan melihat profesinya ini saja, kita bisa melihat sosok Rohana Kudus yang luar biasa dalam upaya mengangkat citra kaum wanita, yang pada waktu itu masih jauh, terbelakang akibat adat-adat kuno dan kolot masyarakatnya. Maka tidak mengherakan usaha yang dilakukan Rohana mengalami berbagai rintangan dan hambatan. Diantara usaha Rohana Kudus adalah sebgai berikut:
1. Tahun 1896 saat usianya baru 12 tahun, ia sudah mengajar teman-teman gadis di kampungya dalam bidang membaca dan menulis, huruf arab, dan latin.
2. Tahun 1905, ia mendidikan “Sekolah Gadis” di kota Gedang yang kemudian pada tahun 1911 diubah namanya menjadi sekolah kerajinan amal satia
3. Pada 10 juli 1912, ia ikut melahirkan sekaligus menjadi pemimpin Redaksi surat kabar wanita dengan nana “Soenting Melajoe” di padang.
C. Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
Ki Hajar Dewantara yang sebelumnya bernama Rader Mas Suwardi Suryaningrat, cucu dari pakualam III. Beliau adalah tokoh yang sangat berjasa di bidang pendidikan dan beliaulah yang mendirikan perguruan Nasional Taman Siswa pada tahun 1922. Karena jasanya yang sangat besar tersebut, maka sampai sekarang hari lahirnya yaitu 2 mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional
Perguruan taman siswa yang didirikan pada tahun juli 1922, pada mulannya bernama “National Onderwijs Institut Taman Siswa” di Yogyakarta. Pertama-tama. Dibuat hanya taman anak dan kursus guru. Namun setelah itu terus berkemban secara lengkapa bagian-bagian pendidikan pada perguruan taman siswa ini adalah:
1. Taman indria (setingkat dengan TK)
2. Taman anak (setingkat kelas I-III sekolah Rendah atau sekolah dasar)
3. Taman Muda (setingkat kelas IV –VI sekolah)
4. Taman Dewasa (setara SMP)
5. Taman Madia (setara SMA)
6. Taman Guru B-1 (mendidik calon guru untuk taman anak dan taman muda)
7. Taman guru B-2
8. Taman Guru B-3 (mendidika calon guru untuk taman dewasa)
9. Taman guru B-3 ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A untuk jurusan ilmu pasti dan alam, dan bagian B untuk jurusan Budaya;
10. Taman guru indria (mendidika anak wanita yang ingin menjadi guru pada taman indria)
Di dalam penyelenggaraan pendidikan, Ki Hajar menghendaki diterapkannya sistem among yang mengemukakan dua dasar, yaitu:
1. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupakan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin sehingga dapat hidup merdeka (dapat berdiri sendiri); mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
Penyelenggaraan Taman Siswa didasarkan pada asas pendidikan yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai berikut:
1. Asas kemenrdekaan
2. Asas kodrat alam
3. Asas kebudayaan
4. Asas kebangsaan
5. Asas kemanusiaan
Kelima asas tersebut ia sebut dengan “Panca Darma Taman Siswa”. Di samping itu, penyelengagaraan Taman Siswa didasarkan pada beberapa semboyan yang menjiwainya berikut:
1. Lawan sastra ngesti mulia; dengan kecerdasan jiwa (kita menujua arah kesejahteraan).
2. Suci tata ngesti tunggal; dengan kesucian batin dan teraturnya hidup batin, kita mengejar kesempurnaan
3. Tut wuri handayani; mengikuti dari belakang memberikan pengaruh.
4. Kita berhamba kepada sang anak
5. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung; segala yang menghalangi akan hancur
Setelah indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat beberapa jabatan penting dipemerintahan yaitu, menteri pendidikan, pengajaran, dan Kebud RI yang pertama. Anggota dan wakil ketua DPA, Parlemen dan mendapatkan gelar “Doktor Honoris causa dalam ilmu kebudayaan dari universitas Gajah Mada tanggal 19 Desember 1956.
Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Beliau telah memberikan terbaiknya kepada nusa dan bangsa. Semboyan “Tut wuri handayani’ diabadikan sebagai lambang dan semboyan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
D. Mohammad Syafei (1899-1969)
Mohammad Syafei lahir di kalimantan pada tahun 1899. Perjuangan beliay juga dititik beratkan pada bidang pendidikan. Pada tahun 1922 beliau menjadi guru pada sekolah Kartini di Jakarta dan sejak itu aktivitasnya di bidang pendidikan terus bertambah. Sebagai seorang tokoh pendidikan, Mohammad Syafei berjasa besar
Mendirikan sekolah yang diberi nama “Indonesische school, atau yang lebih dikenal dengan sebuatan INS, di kayut taman sumatra barat. Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan, serta berpikir logis dan rasional. Berkenaan dengan itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan-bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan, dan keterampilan atau yang dikenal dengan istilah 3 H, yaitu Head, Heart, dan Hand.
Sementara itu, INS menitik beratkan pendidikannya pada dunia kerja, INS menyelenggarakan pendidikan dalam jenjang berikut.
1. Ruang Bawah, yakni setara dengan sekolah rendah atau sekolah dasar. Lama pendidikannya 7 tahun.
2. Ruang atas, yakni setara dengan sekolah menengah. Lama pendidikannya 6 tahun
Tujuan sekolah yang diselenggarakan oleh Muhammad Syafei adalah:
1. Mendidika anak-anak agar mampu berpikir secara rasional
2. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh
3. Mendidik anak-anak agar menjadi manusi yang berwatak baik, menanamkan rasa persaudaraan
Pada zaman kemerdekaan yaitu tahun 1952, sebagai penghargaan pemerintah terhadap usaha-usaha Mohammad Syafei dibukalah SGB Istimewa, yang dapat meneruskan dan menyebarkan cita-citanya.
Mohammad Syafei yang pernah diangkat menjadi menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan pada kabinet Syahrir, serta menjadi anggota DPA, meninggal dunia pada tanggal 5 Maret 1969. Meskipun beliau sudah tiada, tetapi jasa-jasanya dibidang pendidikan tidak akan terlupakan apalagi para lulusan INS tersebar ke berbagai pelosok tanah air, yang tentu saja kiprahnya sangat besar bagi pembangunan bangsa dan negara.
E. K.h. Ahmad Dahlan (1869-1923)
Ahmad Dahlan, yang nama kecilnya adalah Muhammad Darwis lahir di yogyakarta pada tahun 1869 M/ 1265 H. Ayahnya seorang ulama bernama K.H. Abu Bakar Bin K.H. Sulaiman, pejabat Khatib di masjid besar kesultanan yogyakarta. K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah seorang tokoh islam yang sangat giat memperjuangkan kemajuan umat islam melalui bidang pendidikan. Dia adalah seorang tokoh pendiri organisasi muhammadiyah pada tahun 1912 di yogyakarta.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah ini.
1. Umat islaam tidak memegang tuntunan Al-qur’an dan Hadis Nabi sehingga menyebabkan perbuatan syirik bid’ah. Dan khurafat semakin merajalela serta mencemarkan kemurnian ajarnanya.
2. Keadaan umat islam sangat menyedihkan akibat penjajahan
3. Kegagalan institusi pendidikan islam untuk memnuhi tuntutan kemajuan zaman merupakan akibat dari mengisolasi diri
4. Persatuan dan kesatuan umat islam menurun sebagai akibat lemahnya organisasi islam yang ada
5. Munculnya tantangan dari kegiatan misi zending yang dianggap mengancam masa depan umat islam
Organisasi muhamadiyah aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan sekolah pada semua jenjang pendidikan dan tersebar ke berbagai pelosok tanah air. Tujuan pendidikannya adalah terwujudnya manusia muslim, berakhlak, cakap, percaya kepada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara.
Jenis sekolah yang dikembangkan sebagai berikut:
1. Sekolah Umum; TK, HIS 7 th, HIK 3 tahun, MULO 3 Tahun, AMS 3 tahun, Scakel School 4 tahun
2. Sekolah Agama; madrasah Ibtidaiyah, 3 tahun, Tsanawiyah 3 tahun, muallimin/muallimat 5 tahun, kullatulmuballighin (SPG Islam) 5 tahun
3. Perguruan tinggi ada yang umum dan ada yang bercirikan agama.
K.H. Ahmad Dahlan meninggal dunia pada tanggal 25 februari 1923, dalam usia 55 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2007
Amir D. Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan
Crow And Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan
Endang Sunarya, Teori Perencannan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta 2008
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006
H.A.R.Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan MasyarakatMadani Indonesia, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002
Indra Permanasari, Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan
Mansour Fakih, dkk., Pendidikan Popular :Membangun Kesadaran Kritis, Insist, Yogyakarta, 2001
Mochtar Buchori, Pendidikan Antisipatoris, Kanisius, Yogyakarta, 2001
Mugni SN, Pengantar Ilmu Pendidikan, IAIH Hamzanwadi. Selong, 2004
Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997
Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2007
Suyanto dan Djihad Hisyam, Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, Adi Cita, Yogyakarta, 2000
William F. O’neil, Ideologi-ideologi pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002
www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar